Minggu, 07 Agustus 2011

Menuju Zero Waste : belanja

Sampah harian rumah tangga terbesar berasal dari dapur. Tepatnya, sampah harian rumah tangga terbesar berasal dari pasar yang transit di dapur. Karena itu, untuk mengurangi sampah rumah tangga, kurangi jumlah sampah yang berasal dari pasar.

Sebagian besar sampah dari pasar adalah kemasan. Jadi bawa kemasan sendiri ke pasar. Ini merupakan salah satu alasan pembuatan daftar belanja sebelum pergi ke pasar, selain untuk menghindari belanja berlebihan.

Dengan berpatokan pada daftar belanja, siapkan wadah-wadah yang diperlukan. Saat ini banyak wadah-wadah plastik bermutu tinggi, bersifat food grade dengan warna-warni yang cantik. Ukurannyapun bermacam-macam. Bahkan ada produsen yang memberi jaminan seumur hidup untuk produknya, artinya menerima wadah plastik yang sudah rusak dan memberikan gantinya. Produk-produk ini akan didaur ulang untuk dibuat menjadi wadah yang baru. Wadah-wadah plastik ini bermanfaat untuk membawa bahan makanan yang mengandung air atau berbau amis seperti tahu, ayam, udang, ikan. Juga untuk bahan makanan kering yang berukuran kecil seperti kacang-kacangan, gula, beras, tepung.

Selain wadah-wadah, bawa juga tas-tas kain untuk membawa sayur-sayuran, buah-buahan dan bahan makanan yang sudah dikemas di pabrik. Rantang, perabotan rumah tangga yang nyaris terlupakan pada masa kini juga dapat dimanfaatkan kembali untuk membawa makanan matang yang akan dibeli di pasar.

Tas-tas kain dan wadah-wadah yang dibawa akan mengurangi banyak sampah dapur. Sampah yang tersisa adalah potongan-potongan sayur dan kulit buah yang bisa dibuat kompos. Sampah lainnya plastik kemasan minyak, kecap, kembang tahu, susu, botol-botol kaca, kaleng yang bisa dikumpulkan dalam keadaan bersih dan diberikan kepada pemulung untuk didaur ulang. Lerak dapat digunakan untuk membersihkan kemasan-kemasan ini dan hanya memerlukan sedikit air untuk membilasnya.

Pada awalnya memang agak merepotkan. Misalnya, perlu sedikit ngotot kepada penjual agar mau menimbang bahan makanan di dalam wadah yang Anda sodorkan. Mungkin juga cara menimbang yang aneh ini membuat penjual enggan melayani Anda karena menyita waktunya. Jadi, pilih penjual yang sedang tidak melayani banyak pembeli.

Kerepotan lain, perlu kewaspadaan agar tidak keduluan penjual memuat barang belanjaan ke dalam kantong plastik miliknya. Kalau sudah kejadian, sekalipun kantong plastik ini dikembalikan, penjual tidak akan menggunakannya lagi melainkan membuangnya. Sama juga bo’ong, jadi sampah juga!

Namun, setelah berulang-ulang melihat hal yang sama, penjual akan terbiasa bahkan lebih percaya kepada Anda. Misalnya saat Anda memilih baso dan memasukkannya ke dalam wadah, penjual tidak akan menghitung lagi jumlahnya. Tidak jarang penjual memberikan bonus atau potongan harga karena kantong plastiknya tidak dipakai. Sama seperti tawar-menawar harga, tawar-menawar penggunaan wadah lebih mudah dilakukan di pasar dibandingkan di supermarket, karena semua produk sudah diberi kemasan di supermarket. Jadi lebih mudah mengurangi sampah dengan berbelanja di pasar.

Mari mengurangi sampah dengan gaya berbelanja bebas sampah.


go green Indonesia!