Selasa, 13 April 2010

Nebeng, gaya hidup ramah lingkungan

Seperti yang dimuat pada website GKI Surya Utama

Apa pilihan kendaraan Anda bila ke gereja? Berapa jumlah penumpang kendaraan yang Anda tumpangi bila ke gereja? Tahukah Anda bahwa pada hari Minggu ke-empat setiap bulan, 10 km dari gedung gereja kita, ada lokasi yang sama sekali bebas dari asap knalpot? Hari Minggu ke-empat setiap bulan merupakan “Car Free Day” yang perayaannya dipusatkan di jalur Senayan, Sudirman hingga silang Monas. Perayaan diet karbon dengan menu utama udara bersih, bebas polusi karena tidak satupun kendaraan bermotor melalui jalan tersebut selama 6 jam.

Udara bersih memang perlu dirayakan karena menjadi barang mewah dan langka di kota Jakarta. Lalu, bila hanya 1 hari dalam 1 bulan masyarakat Jakarta dapat merayakan udara bersih, bukan berarti 29 hari sisanya menjadi perayaan gas polutan. Ada usaha yang perlu dilakukan untuk mengurangi emisi gas polutan. Cara termudah adalah mengurangi jumlah kendaraan bermotor. Suatu pilihan yang sangat berat tentunya mengingat mobilitas penduduk Jakarta yang sangat tinggi. Siapa yang harus memulai? Mari kita berhitung dulu.

Jumlah penumpang yang dapat diangkut oleh sebuah bis adalah 72 orang. Jumlah penumpang yang sama memerlukan 60 buah sepeda motor atau 40 buah mobil. Sebuah bis memerlukan tempat seluas 30 meter persegi di jalan, sementara 60 buah sepeda motor memakai tempat seluas 90 meter persegi dan 40 buah mobil memakai tempat seluas 700 meter persegi. Bila emisi yang dihasilkan untuk menempuh 1 kilometer perjalanan diperbandingkan, yang paling “hemat” emisi adalah pengguna bis. Pengendara sepeda motor mengeluarkan emisi 7.5 kali lebih banyak dibanding pengguna bis. Sedangkan pengendara mobil mengelurkan emisi 15 kali lebih banyak.

Berdasarkan data di atas, jelas bis merupakan kendaraan yang paling cocok untuk melakukan diet karbon. Namun bis sangat tidak populer di Jakarta sebagai alat transportasi karena tidak nyaman untuk ditumpangi dan jumlahnya tidak memadai untuk melayani seluruh penduduk Jakarta dan kota-kota satelitnya. Memang ada bis Trans Jakarta, yang “lumayan” nyaman namun mulai menurun juga kualitasnya akhir-akhir ini. Karena itu, kendaraan bermotor pribadi tetap menjadi pilihan sebagian besar masyarakat.

Hingga saat ini, seluruh kendaraan bermotor masih menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energi. Pilihan kendaraan bermotor pribadi sepertinya menggagalkan program diet karbon. Tapi masih ada peluang untuk berperan serta dalam program diet karbon. Caranya dengan mengurangi pemakaian kendaraan bermotor pribadi. Pertimbangkan lebih dahulu rencana bepergian untuk menentukan perlu tidaknya membawa kendaraan bermotor.

Kalau jarak yang akan ditempuh tidak terlalu jauh , tidak perlu berkendaraan. Pergi ke pasar atau toko dekat rumah, dapat ditempuh dengan sepeda. Untuk menempuh jarak jauh, selain sepeda yang sekarang mulai populer, angkutan massal juga bisa menjadi pilihan. Tidak semua kondisi angkutan massal separah bis. Ada beberapa pengembang perumahan yang menyediakan angkutan massal bagi penghuninya dengan tujuan-tujuan tertentu. Angkutan-angkutan ini biasanya terawat sehingga nyaman ditumpangi.

Pillihan lain adalah nebeng. Jumlah bahan bakar fosil yang dibakar untuk sebuah mobil dengan penumpang 1 maupun 4 orang adalah sama. Ajak anggota keluarga atau tetangga yang mempunyai tujuan searah. Saat ini ada komunitas nebeng yang komunikasinya difasilitasi oleh situs maya www.nebeng.com dengan jumlah anggota puluhan ribu orang. Komunitas ini menjalin hubungan saling membutuhkan di antara anggotanya. Hubungan antara penebeng dan yang ditebengi bukan lagi sekedar hubungan antara penumpang dan supir. Ada rasa kebersamaan dan ikatan batin di antara mereka. Nebeng bukan hal yang memalukan lagi, tapi menjadi gaya hidup ramah lingkungan.

Jadi, kembali kepada pertanyaan di awal. Apa pilihan kendaraan Anda bila ke gereja? Tidak harus mobil pribadi. Berapa jumlah penumpang kendaraan yang Anda tumpangi bila ke gereja? Manfaatkan setiap tempat duduk agar emisi yang dihasilkan tiap penumpang makin sedikit. Berjalan kaki, bersepeda, atau nebeng….kenapa tidak?



go green Indonesia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar di sini