Kamis, 24 Juni 2010

Hidup organik bersama lerak

Waktu aku masih kecil, aku pernah melihat botol berisi larutan lerak di lemari ibuku. Ibuku mengatakan lerak dipakai sebagai pengganti sabun untuk mencuci batik agar warnanya awet. Setelah agak besar, aku mendengar ada orang yang membersihkan perabotan perak dengan lerak. Saat ini aku menggunakan lerak sebagai bahan pembersih utama di rumahku.

Lerak atau rarak adalah buah berbiji yang mengandung saponin yang berfungsi sebagai pelarut kotoran karena sifat alkaloidnya. Saat ini cukup sulit mencari penjualnya di kota besar. Aku pernah melihatnya dijual di toko penjual batik dalam bentuk larutan yang dijual dengan harga yang cukup mahal. Harganya yang relatif lebih mahal dibandingkan sabun biasa, membuat lerak menjadi bahan pencuci yang eksklusif.

Dalam liburanku ke Yogya 2 bulan yang lalu, aku sengaja mencarinya di Pasar Beringharjo. Anggapanku tentang lerak sebagai bahan pencuci yang eksklusif segera pudar. Aku bisa mendapatkannya dengan harga Rp 25.000,- per kilo, mungkin bisa lebih murah kalau aku berani menawar. Sejak itu, lerak kugunakan sebagai pengganti deterjen untuk mencuci hampir seluruh pakaian. Hanya pakaian putih yang dicuci dengan sabun cair yang tidak mengandung fosfat (sayangnya masih impor) untuk menjaga keputihannya.

Ada pandangan yang harus diubah tentang mencuci. Selama ini masyarakat dibuat percaya melalui iklan-iklan deterjen, bahwa untuk mencuci diperlukan busa yang banyak. Orang merasa tidak bersih bila menggunakan sabun yang tidak mengeluarkan busa. Dengan lerak, memang mencuci menjadi berbeda. Busa hanya sedikit, tidak ada kesan licin saat mencuci. Kepuasan mencuci dengan busa yang banyak tidak akan ada bila kita menggunakan lerak.

Mencuci dengan lerak tidak akan menimbulkan efek licin seperti mencuci dengan sabun.
Sebaliknya, yang terasa adalah kesat karena sifat alkaloidnya. Itulah sebabnya tidak diperlukan banyak air untuk membilas. Dengan menggunakan lerak, pemakaian air berkurang banyak. Pertama, karena pembilasan cukup satu atau dua kali dengan jumlah air yang tidak perlu banyak. Kedua, air bekas mencuci bisa digunakan untuk menyiram tanaman di kebun. Jadi tidak perlu air lagi untuk menyiram tanaman. 2 bulan terakhir, penggunaan air PAM di rumahku berkurang 4 meter kubik.

Bila menggunakan deterjen untuk mencuci, biasanya kain menjadi kaku. Itulah sebabnya kemudian muncul larutan pelembut untuk mengimbanginya. Selain itu, bila pakaian tidak kering dalam waktu 1 hari, akan timbul bau apek. Karena itu diperlukan pewangi. Kedua bahan tambahan ini tidak diperlukan bila lerak yang dipakai untuk mencuci, karena kain tetap lembut dan tidak berbau. Satu penghematan lagi. Ini juga berarti tidak ada lagi sampah kemasan detergen, pelembut, pengharum yang terbuat dari plastik. Selain itu, jumlah bahan kimia sintetik di rumah yang berpotensi menimbulkan alergi juga berkurang.

Memang lerak mempunyai bau yang khas, namun bau ini akan hilang setelah pakaian dibilas. Pakaian yang telah dicuci, dijemur dan disetrika tidak mempunyai bau sama sekali. Untuk membuat lemari pakaian dan isinya harum, aku menggunakan minyak esensial yang diteteskan pada kantong yang berisi buah-buahan, daun-daunan dan biji-bijian kering. Untuk menjaga kekeringan di dalam lemari, aku meletakkan kantong berisi gel silica untuk menyerap kelembaban.

Selain untuk mencuci pakaian, aku juga menggunakan larutan lerak untuk membersihkan perabotan kayu dan kaca. Lerak sangat mudah melarutkan lemak, karena itu aku juga memakainya untuk membersihkan kotak-kotak plastik makanan yang biasanya sulit dibersihkan dengan sabun pencuci piring. Karena sifat pelarut lemak ini, aku juga menggunakannya untuk mencuci tangan sesudah memegang ikan, udang, ayam yang berbau amis. Dan hebatnya lagi, kulit tanganku tidak menjadi kering dan kasar setelah menggunakan lerak. Sebelum ini aku agak malas mencuci tangan karena sabun membuat kulit tanganku menjadi kering.

Lerak memang pembersih yang ampuh. Berikut ini adalah cara penggunaan lerak sebagai pembersih. Dengan memasak sekitar 20 butir lerak kering yang telah dipotong-potong dan dibuang bijinya dengan 2 liter air dan membiarkannya mendidih dalam api kecil selama 20 menit akan dihasilkan larutan inti lerak yang jernih kecoklatan setelah disaring dengan kain halus. Larutan inti ini dapat bertahan hingga 7 hari. Untuk mencuci pakaian,500 cc larutan inti lerak dicampur dengan 15 liter air. Untuk membersihkan perabotan, larutan inti dicampur dengan air dengan perbandingan 1 : 10 dan diberi 2 tetes minyak esensial dan dimasukkan ke dalam botol semprot. Untuk mengepel lantai, 50 ml larutan inti dicampur dengan 1 liter air.

Kalau dihitung-hitung, penggunaan lerak sebagai bahan pembersih serba guna ternyata menghemat pengeluaran bulanan. 1 kg lerak seharga Rp 25.000,- dapat digunakan selama lebih dari 1 bulan, menggantikan deterjen, larutan pelembut dan pengharum pakaian, pembersih kaca dan larutan pembersih lantai. Siapa bilang hidup organik itu mahal?

go green Indonesia!

2 komentar:

  1. dimana kalau saya ingin membeli lerak?
    mungkin juga untuk bisa di import?

    thanks

    BalasHapus
  2. Dulu aku beli di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Di sana banyak yang menjualnya. Sebetulnya di desa-desa, di mana tanah masih banyak yang belum didirikan bangunan, banyak ditanam pohon lerak. Kalau kebetulan lewat, bisa beli langsung dari pohon, lebih segar. Di daerah Banten juga banyak dijumpai pohon lerak, karena orang Banten menggunakannya juga untuk mencuci

    BalasHapus

Silakan tinggalkan komentar di sini