Kamis, 17 April 2008

"Jualan" bor tanah

Beberapa waktu yang lalu, Caroline dan beberapa temannya datang ke rumahku untuk melihat Lubang Resapan Biopori yang kubuat. Aku bersemangat sekali untuk memperlihatkan lubang-lubang dan menjelaskan fungsinya. Mereka rupanya memang berminat untuk membuat juga. Mereka telah menghubungi IPB (entah lewat jalur apa) untuk membeli bor tanah. Mereka dapat membelinya dengan harga Rp 125.000 / buah dengan pembelian minimal 50 buah. (Dulu, aku membelinya seharga Rp 185.000 + ongkos kirim) Selain itu, mereka juga akan mendapatkan pelatihan untuk pembuatan LRB. Jadi, saat ini mereka sedang berusaha mengumpulkan 50 calon pembeli bor tanah. Tanpa disuruh, aku langsung berpikir untuk ikut mencari calon pembeli. Dalam beberapa minggu, aku berhasil mengumpulkan 8 orang calon pembeli. Aku jadi makelar...???

Mungkin juga ke-8 orang itu memang berpikir aku ini makelar bor tanah. Ya ampun.... aku ini sebetulnya bukan orang yang berbakat jadi makelar. Berjualan saja tidak bisa! Kalau aku bersemangat mencari calon pembeli bor tanah, itu semata-mata agar makin banyak LRB yang dibuat. Demi keutuhan ciptaan yang sebetulnya sudah terlanjur tidak utuh. Sedih juga waktu ada yang bilang, dulu harganya Rp 90.000,-. Rasanya seperti tersirat tuduhan di dalamnya, bahwa aku mengambil keuntungan dari penjualan bor tanah itu.

Makelar bor tanah yang cari untung...?? Padahal aku hanya menyampaikan informasi,ada kesempatan untuk membeli bor tanah dan dapat pelatihan. Kalau tidak mau beli, ya sudah. Aku juga tidak bicara soal pembayaran ketika menyampaikan informasi itu. Kalau kemudian aku meminta beberapa orang untuk membayar dulu, itu semata-mata karena aku melihat di rumah Caroline sudah ada beberapa bor tanah yang didatangkan. Pengiriman bor rupanya dilakukan secara bertahap. Agar "pesananku" bisa langsung kudapat, aku langsung transfer uang sebesar 1 juta rupiah ke rekening Caroline. Tujuannya supaya pengiriman bor yang berikutnya menjadi bagianku, bagian teman-temanku. Setelah itu, baru aku minta beberapa teman untuk membayar dulu.

Sedihnya lagi... diantara beberapa teman yang membayar, ada yang cuma membayar Rp 120.000,-. Nangis lagi ah...

go green Indonesia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar di sini