
Mungkin juga ke-8 orang itu memang berpikir aku ini makelar bor tanah. Ya ampun.... aku ini sebetulnya bukan orang yang berbakat jadi makelar. Berjualan saja tidak bisa! Kalau aku bersemangat mencari calon pembeli bor tanah, itu semata-mata agar makin banyak LRB yang dibuat. Demi keutuhan ciptaan yang sebetulnya sudah terlanjur tidak utuh. Sedih juga waktu ada yang bilang, dulu harganya Rp 90.000,-. Rasanya seperti tersirat tuduhan di dalamnya, bahwa aku mengambil keuntungan dari penjualan bor tanah itu.

Makelar bor tanah yang cari untung...?? Padahal aku hanya menyampaikan informasi,ada kesempatan untuk membeli bor tanah dan dapat pelatihan. Kalau tidak mau beli, ya sudah. Aku juga tidak bicara soal pembayaran ketika menyampaikan informasi itu. Kalau kemudian aku meminta beberapa orang untuk membayar dulu, itu semata-mata karena aku melihat di rumah Caroline sudah ada beberapa bor tanah yang didatangkan. Pengiriman bor rupanya dilakukan secara bertahap. Agar "pesananku" bisa langsung kudapat, aku langsung transfer uang sebesar 1 juta rupiah ke rekening Caroline. Tujuannya supaya pengiriman bor yang berikutnya menjadi bagianku, bagian teman-temanku. Setelah itu, baru aku minta beberapa teman untuk membayar dulu.
Sedihnya lagi... diantara beberapa teman yang membayar, ada yang cuma membayar Rp 120.000,-. Nangis lagi ah...


Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar di sini