Kemarin, aku nggak sengaja mendengar percakapan ibu dan anak. Si anak
kayaknya baru pulang dari perayaan hari kartini di sekolah, jadi masih
imut banget pake baju bodo.
"Ma, besok Hari Bumi... enaknya pake baju apa ya?"
"Hari Bumi mah bukannya hari untuk pake baju yang aneh-aneh. Hari Bumi
itu hari untuk membantu menyembuhkan Ibu Bumi."
"Berarti harusnya setiap hari itu Hari Bumi dong... Masa' sakitnya
cuma besok aja? Omong-omong, Ibu Bumi udah tua banget ya?"
Ibu Bumi memang sudah sangat tua dan penuh sakit penyakit akibat perbuatan anak-anaknya yang menghisap ASI nya dengan rakus. Bukan hanya menghisap dan menyedot, tapi juga menggigit dan melubangi kelenjar penghasil ASI, sehingga ASI tidak mungkin lagi diproduksi. Tanpa mendengar rintihan kesakitan Ibu Bumi, anak-anaknya mencongkel mata, mencabuti setiap helai rambut, melukai kulit di hampir seluruh permukaan tubuh, kemudian meludahi, menyirami dengan asam yang menyakitkan dan mengotorinya dengan kotoran mereka sendiri.
Ada beberapa anaknya yang berusaha mengobati Ibu Bumi dengan memberikan tonik rambut, mengolesi salep penyembuh luka dan menaburkan bedak penghalus kulit. Tindakan yang hampir tidak ada artinya dibandingkan perbuatan anak-anak lainnya yang nakal.
Ibu Bumi sudah semakin tua dan renta. Tulang-tulangnya sudah banyak yang keropos. Matanya sudah tidak dapat melihat, bahkan tak mampu lagi mengeluarkan air mata. Paru-parunya sudah dijangkiti kanker. Hatinya sudah mengalami pengerasan. Ginjalnya sudah tidak berfungsi lagi. Nadinya berdenyut sangat lambat. Jantungnya sudah tidak mampu memompakan darah bersih dengan teratur. Entah sampai kapan Ibu Bumi akan terus bertahan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar di sini