dibangun sebagai wujud kepedulian terhadap kondisi Ibu Bumi. Karena itu bukan disebut warung merah, meski berwarna merah. Warna merah merujuk pada kondisi Ibu Bumi yang nilainya merah karena sakitnya yang parah, demam tinggi, keracunan, dehidrasi dengan luka di sekujur tubuhnya.
Sabtu, 07 Juni 2008
Duta Lingkungan Hidup
Selasa, 27 Mei 2008
Green tips 27 Mei 2008
Sudah banyak orang yang memberi peringatan, rumor, gosip bahkan artikel majalah tentang bahaya plastik. Tetapi tetap saja hanya segelintir orang yang menggubris, peduli atau sampai meneliti lebih lanjut.
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung Bisphenol-A. Salah satu barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan yang tidak mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Satu tes membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A.
Plastik dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, dan murah. Akan tetapi plastik juga beresiko terhadap lingkungan dan kesehatan keluarga kita. Oleh karena itu kita harus mengerti plastik-plastik yang aman untuk kita pakai.
Apakah arti dari simbol-simbol yang kita temui pada berbagai produk plastik?
1. PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Boto-botol dengan bahan #1 dan #2 direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan pakai untuk air hangat apalagi panas. Buang botol yang sudah lama atau terlihat baret-baret.
2. HDPE (high density polyethylene) biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu. Sama seperti #1 PET, #2 juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.
3. V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.
4. LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan kode #4 dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan #4 bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.
5. PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Cari simbol ini bila membeli barang berbahan plastik.
6. PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.
7. Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan plastik Polycarbonate.
Masih banyak sekali barang plastik yang tidak mencantumkan simbol-simbol ini, terutama barang plastik buatan lokal di Indonesia. Oleh karena itu, kalau anda ragu lebih baik tidak membeli. Kalaupun barang bersimbol lebih mahal, harga tersebut lebih berharga dibandingkan kesehatan keluarga kita.
Pada akhirnya. Hindari penggunaan plastik apapun di Microwave. Gunakan bahan keramik, gelas atau pyrex sebagai gantinya.
Hindari juga membuang sampah plastik terutama yang mengandung Bisphenol-A sembarangan karena bahan tersebut pun bisa mencemari air tanah yang pada akhirnya pun bisa mencemari air minum banyak orang.
Semoga informasi ini bermanfaat.
Jumat, 02 Mei 2008
Green tips 2 Mei 2008 - air
Air yang terdapat di bumi terbagi menjadi 97.5% air laut dan 2.5% air bersih. Dari 2.5% air bersih, 70% tersimpan di kutub. Sisanya 30% merupakan air tanah dan air permukaan (air sungai, danau, rawa) Persediaan air bersih sangat minim. Belum lagi harus dibagi di antara 6 milyar penduduk dunia.
Tulisan di atas aku kutip dari salah satu tulisan di Green festival akhir April yang lalu. Lalu....supaya air yang sedikit itu tidak terbuang sia-sia, ada beberapa tips pemanfaatan air sehari-hari :
- Mandi menggunakan shower menggunakan air lebih sedikit daripada menggunakan gayung. Tapi jangan lupa, mandi dengan shower selama 5 menit menghabiskan 30 l air, atau sama dengan 30 gayung. Jadi jangan mandi berlama-lama.
- Matikan keran pada saat menyikat gigi. Air hanya diperlukan untuk berkumur dan membersihkan sikat gigi setelah menyikat gigi selesai.
- Gunakan air dengan bantuan selang untuk membilas setelah buang air di kloset sebagai ganti gayung.
- Mencuci piring selama 15 menit menggunakan air dalam baskom 50% lebih hemat daripada menggunakan air dari keran yang terus mengalir.
- Mencuci mobil selama 30 menit menggunakan air dalam ember 25% lebih hemat daripada menggunakan air lewat selang.
- Jangan biarkan kebocoran pipa air berlarut-larut.
- Gunakan pelampung pada keran pengisi bak, sehingga aliran air akan mati sendiri ketika bak telah terisi penuh.
Kamis, 24 April 2008
Belanja bulanan yang tidak "hijau"
Hari ini aku tidak membeli tisu lagi. Sebagai gantinya aku membeli handuk katun agak banyak. Selain untuk kugunakan sendiri, juga untuk diletakkan di kamar praktek. Sedikit demi sedikit, aku mulai membiasakan pasienku untuk menggunakan handuk kecil yang kusediakan untuk mengeringkan mulutnya setelah berkumur.
Sedihnya, ternyata 70% barang belanjaanku adalah produk Unilever yang menurut Greenpeace merupakan perusahaan pengkonsumsi minyak sawit terbesar di dunia. Penggunaan minyak sawit dalam produk-produk kosmetik dan pembersih telah memicu kerusakan hutan tropis di Indonesia untuk memberi ruang bagi perkebunan kelapa sawit. Akibat yang langsung terlihat adalah rusaknya habitat orang utan dan tanah gambut di Kalimantan. Akibat jangka panjangnya adalah peningkatan suhu bumi.
Produk-produk Unilever yang kubeli memang merupakan bahan yang sehari-hari dipakai di rumah, mulai dari sabun pencuci piring, pelembut pakaian hingga sabun mandi, shampo. Demi kebersihan seisi rumah, tidak bisa tidak, bahan itu memang harus dibeli. Oyeeee....???
Kalau memang "hijau", sebetulnya mencuci tidak harus dengan deterjen, karena ada Rarak Soap Nut atau lerak yang bersahabat dengan lingkungan. Berbeda dengan deterjen yang menghasilkan air limbah yang sulit diuraikan, lerak tidak demikian. Kalau mencuci dilakukan tidak menggunakan deterjen, tentunya pelembut dan pewangi pakaian tidak diperlukan lagi. Karena yang menyebabkan kain menjadi kaku dan berbau apak adalah deterjen.
Bahkan lerak dapat juga dipakai untuk mandi. Lerak tidak menimbulkan efek licin pada kulit, jadi tidak memerlukan air terlalu banyak untuk membilasnya. Memang baunya asam, tetapi ini bisa diatasi dengan memberinya air jeruk purut atau minyak esensial.
Buah lerak ini sebetulnya bisa didapat di Jl. Kawi 10 di daerah Pasar Rumput, Manggarai. Pak Kosasih, pemilik usaha ini, mempekerjakan orang-orang tidak mampu, bisu-tuli untuk mengemas produknya.
Untuk pembersih lantai, sebetulnya ada ramuan multigunaEKD yang merupakan singkatan penciptanya : Ermina Komala Dara. Ramuan ini merupakan starter untuk membuat pupuk, pakan, bioherbisida, biopestisida, pembersih lantai, bahkan ramuan kecantikan (penghilang jerawat). Untuk penggunaan sebagai pembersih lantai, ramuan ini dicampur dengan air.
Jadi sebetulnya tidak perlu membeli produk-produk Unilever itu. Tapi kok susah ya untuk merubah gaya hidup praktis yang sudah berjalan puluhan tahun ini? Ternyata aku belum "hijau"
Selasa, 22 April 2008
Penggunaan minyak goreng bukan perilaku "hijau"
Gaya hidup "hijau", yang bersahabat dengan bumi, dipaparkan dalam bentuk pameran yang menarik. Di sana ditampilkan "rumah hijau" yang bisa diciptakan mulai dari halaman rumah, penghuni garasi, ruang keluarga, kamar tidur, dapur, sampai kamar mandi dan tempat sampah. Petunjuk-petunjuk praktis dipasang di setiap ruangan untuk membuat rumah menjadi "hijau". Sebagian besar sudah aku tahu dan diterapkan di rumah. Tapi membaca tulisan-tulisan di tiap ruangan di pameran itu menggelorakan semangatku kembali untuk bertahan di jalur "hijau".
Ada 1 hal baru yang baru terpikir olehku pada saat melihat Green Festival, yaitu penggunaan minyak goreng ternyata bukan perilaku "hijau". Dengan alasan minyak goreng terbuat dari kelapa sawit yang berasal dari perkebunan-perkebunan yang dibuat dengan cara membabat hutan.Kemudian proses pengolahan kelapa sawit hingga menjadi minyak goreng menyebabkan terlepasnya gas CO2, salah satu gas pembentuk efek rumah kaca yang menyebabkan peningkatan suhu bumi. Setelah menjadi minyak goreng dan digunakan setidaknya 3 kali, jelantah ternyata menjadi sampah yang merusak tanah.
Satu lagi alasan untuk tidak banyak mengkonsumsi gorengan, selain karena alasan kesehatan.
Hari untuk menyembuhkan bumi yang sakit
Kemarin, aku nggak sengaja mendengar percakapan ibu dan anak. Si anak
kayaknya baru pulang dari perayaan hari kartini di sekolah, jadi masih
imut banget pake baju bodo.
"Ma, besok Hari Bumi... enaknya pake baju apa ya?"
"Hari Bumi mah bukannya hari untuk pake baju yang aneh-aneh. Hari Bumi
itu hari untuk membantu menyembuhkan Ibu Bumi."
"Berarti harusnya setiap hari itu Hari Bumi dong... Masa' sakitnya
cuma besok aja? Omong-omong, Ibu Bumi udah tua banget ya?"
Ibu Bumi memang sudah sangat tua dan penuh sakit penyakit akibat perbuatan anak-anaknya yang menghisap ASI nya dengan rakus. Bukan hanya menghisap dan menyedot, tapi juga menggigit dan melubangi kelenjar penghasil ASI, sehingga ASI tidak mungkin lagi diproduksi. Tanpa mendengar rintihan kesakitan Ibu Bumi, anak-anaknya mencongkel mata, mencabuti setiap helai rambut, melukai kulit di hampir seluruh permukaan tubuh, kemudian meludahi, menyirami dengan asam yang menyakitkan dan mengotorinya dengan kotoran mereka sendiri.
Ada beberapa anaknya yang berusaha mengobati Ibu Bumi dengan memberikan tonik rambut, mengolesi salep penyembuh luka dan menaburkan bedak penghalus kulit. Tindakan yang hampir tidak ada artinya dibandingkan perbuatan anak-anak lainnya yang nakal.
Ibu Bumi sudah semakin tua dan renta. Tulang-tulangnya sudah banyak yang keropos. Matanya sudah tidak dapat melihat, bahkan tak mampu lagi mengeluarkan air mata. Paru-parunya sudah dijangkiti kanker. Hatinya sudah mengalami pengerasan. Ginjalnya sudah tidak berfungsi lagi. Nadinya berdenyut sangat lambat. Jantungnya sudah tidak mampu memompakan darah bersih dengan teratur. Entah sampai kapan Ibu Bumi akan terus bertahan...
Kamis, 17 April 2008
"Jualan" bor tanah
Mungkin juga ke-8 orang itu memang berpikir aku ini makelar bor tanah. Ya ampun.... aku ini sebetulnya bukan orang yang berbakat jadi makelar. Berjualan saja tidak bisa! Kalau aku bersemangat mencari calon pembeli bor tanah, itu semata-mata agar makin banyak LRB yang dibuat. Demi keutuhan ciptaan yang sebetulnya sudah terlanjur tidak utuh. Sedih juga waktu ada yang bilang, dulu harganya Rp 90.000,-. Rasanya seperti tersirat tuduhan di dalamnya, bahwa aku mengambil keuntungan dari penjualan bor tanah itu.
Makelar bor tanah yang cari untung...?? Padahal aku hanya menyampaikan informasi,ada kesempatan untuk membeli bor tanah dan dapat pelatihan. Kalau tidak mau beli, ya sudah. Aku juga tidak bicara soal pembayaran ketika menyampaikan informasi itu. Kalau kemudian aku meminta beberapa orang untuk membayar dulu, itu semata-mata karena aku melihat di rumah Caroline sudah ada beberapa bor tanah yang didatangkan. Pengiriman bor rupanya dilakukan secara bertahap. Agar "pesananku" bisa langsung kudapat, aku langsung transfer uang sebesar 1 juta rupiah ke rekening Caroline. Tujuannya supaya pengiriman bor yang berikutnya menjadi bagianku, bagian teman-temanku. Setelah itu, baru aku minta beberapa teman untuk membayar dulu.
Sedihnya lagi... diantara beberapa teman yang membayar, ada yang cuma membayar Rp 120.000,-. Nangis lagi ah...
Senin, 07 April 2008
Lubang Resapan Biopori di halaman rumahku
Ini berkat LRB (lubang resapan biopori) yang aku buat di halaman rumah. Sementara ini ada 8 lubang. Kedalaman 80 - 100 cm adalah kedalaman yang optimal. Lebih dari itu tidak ada gunanya, karena oksigen sudah sangat tipis, jadi tidak memungkinkan bagi kehidupan. Di atas lubang aku taruh pot tanaman untuk mencegah orang terperosok. Juga mencegah kucing atau anjing ngodal-ngadul isi LRB. Semua sampah dapur (kulit buah, batang sayur yang tidak termakan, ampas kelapa, kulit telur, tulang ikan dan ayam.... pokoknya semua) aku masukkan ke dalam LRB. 1 lubang bisa menampung sampah dapur selama 4-5 hari. Tanpa campuran bahan apa-apa. Kira-kira 1,5 bulan semua lubang penuh.... eh, ternyata engga! Lubang pertama ternyata masih bisa menampung sampah lagi, karena sampah 1,5 bulan yang lalu sudah menyusut kira-kira tinggal 20%. Hasil dekomposisi sampah ini kupakai untuk memupuki tanaman-tanamanku.
Soal bau.... ya, pasti bau. Namanya sampah dapur. Tapi bau itu hanya muncul waktu panen kompos. Selama sampah masih di dalam LRB, baru tidak keluar, terserap oleh tanah. Mungkin juga karena panen dilakukan waktu masih musim penghujan. Sampah dalam LRB bercampur air, jadi bau. Bau hanya muncul waktu panen, karena dikeluarkan dari tanah. Tindakanku ini memang seperti menabur garam di air laut, hampir ga ada artinya, terlalu kecil. Mudah-mudahan postingku ini menggugah kesadaran pembaca tentang peran kita terhadap masa depan bumi kita. Kalau seluruh semua pembaca tertarik untuk membuat LRB di rumahnya, terus bisa menggugah tetangga-tetangganya... kenalan-kenalannya .... jadinya banyak juga. Pasti akan bermakna juga.
Jumat, 04 April 2008
Biopori dan Lubang Resapan Biopori
Makin banyaknya tanah di Jakarta yang ditutupi bangunan beton, maka daya tampung tanah terhadap air makin berkurang. Daya serap tanah Jakarta terhadap air nyaris tidak ada. Karena itu air hujan hampir seluruhnya mengalir ke laut, pakai antre lagi! Jadi banjir. Sedikit sekali yang menyerap ke tanah, karena itu jumlah air tanahpun makin menyusut. Akibatnya intrusi air laut ke air tanah Jakarta. Air sumur jadi payau bahkan asin.
Bila biopori dibuat lebih banyak, daya serap tanah Jakarta dapat ditingkatkan. Sehingga jumlah air yang mengalir di permukaan tanah berkurang. Bila semua rumah di Jakarta , mudah-mudahan banjir dapat dikurangi. Bagaimana cara menambah jumlah biopori?
Ada teknologi yang dikembangkan oleh Fakultas Pertanian IPB untuk meningkatkan jumlah biopori, yaitu dengan membuat Lubang Resapan Biopori (LRB). Lubang ini dapat dibuat di tanah, di dasar saluran yang semula digunakan untuk mengalirkan air hujan, bahkan di tempat yang sudah dicor semen. Lubang dibuat dengan diameter 10 cm sedalam 80 - 100 cm. Ada bor tanah yang dapat dioperasikan dengan mudah. Gambarnya terlampir. Untuk membuat 1 LRB dengan tenaga perempuan diperlukan waktu kira-kira 10-20 menit, tergantung kekerasan tanah.
LRB akan menampung air hujan, sehingga lebih banyak yang diserap tanah. LRB dapat diaktifkan dengan memasukkan sampah organik ke dalamnya. Sampah ini menjadi makanan bagi makhluk-makhluk dalam tanah sehingga tetap hidup. Sampah akan di-dekomposisi dan hasilnya adalah pupuk kompos. Dengan aktifnya makhluk hidup dalam tanah di sekitar LRB, maka jumlah biopori akan meningkat terus.
Dengan demikian LRB dan biopori bersama-sama akan meningkatkan daya serap tanah terhadap air.
Dengan memasukkan sampah ke dalam LRB, produk gas yang membentuk efek rumah kaca akan berkurang. Dengan demikian, selain bermanfaat mengurangi resiko banjir, pembuatan LRB ini mengurangi pemanasan global. Efek lainnya, jumlah genangan air juga berkurang. Hal ini secara tidak langsung akan mengurangi resiko penyebaran penyakit demam berdarah, malaria dan kaki gajah.
Lihat juga :
Biopori, teknologi tepat guna ramah lingkungan
Biopori menurut Om Wiki
Biopori dalam blog :
Biopori di halaman rumah
Diani Budiarto : Memperbanyak sumur biopori
Abusya : Biopori untuk bumi kita
Agastya Candrawan : Biopori, tips langkah kecil menyelamatkan bumi
Anak cucu : Biopori yang anti banjir
Anak cucu : Biopori
ALL ABOUT DINA : Dengan biopori, s'lamatkan Bandung dari...
Blog gue : Biopori
Biopori menopang kehidupan tanah
Biopori agaenst banjir kanal
Yagitudeh : Biopori
Sampah diolah menjadi berkah : Pengomposan anaerob berbau busuk
Hati beriman : Kecil lubangnya besar manfaat
Ikankoi : Mencegah banjir lewat lubang serapan biopori
John Herf : Biopori sebagai peresap air yang mengatasi banjir dan sampah
BROKENEARTH : Kamir R. Brata Penemu teknologi biopori
Marumpa : Ada kompos dan lubang biopori di musrenbang
For the beauty of this earth : Lubang biopori bisa cegah banjir
Wastumaya : Arsitek, pakailah biopori